Piala Winners EUFA 1997/98 |
Malam yang indah di Stockholm berlangsung bagi para suporter Chelsea
setelah tim asuhan Gianluca Vialli mampu mengalahkan tim Jerman,
Stuttgart, untuk membuat kami meraih trofi Eropa pertama kami sejak
1971.
Di final yang tak banyak tercipta peluang, diperlukan sesuatu yang spesial untuk menghadirkan perbedaan.
Untungnya, Vialli memasukkan nama Gianfranco Zola sebagai salah satu pemain pengganti kami, dan ketika ia dimainkan pada menit ke-69, ia hanya butuh 20 detik untuk mencetak gol, dengan menerima umpan Dennis Wise dan melepaskan tendangan ke pojok gawang lawan – dan sentuhan pertamanya itulah yang membuat Chelsea meraih gelar juara di Rasundastadion.
Imbas hadirnya Zola itu semakin impresif dengan fakta bahwa ia mendapatkan cedera sebelum final yang seharusnya membuat ia tidak tampil sama sekali, tetapi keinginannya dan determinasinya yang kuat membuat ia tetap masuk ke bench dan bahkan memberikan kami kemenangan.
Kemenangan agregat 4-0 atas Slovan Bratislava adalah awal perjalanan kami pada September.
Leg pertama babak kedua melawan tim Norwegia, Tromso, akan dikenang karena kondisi salju yang luar biasa, dan meski kalah 3-2, Chelsea asuhan Vialli mampu lolos ke babak berikutnya setelah di leg kedua menang 7-1.
Di babak perempat-final, kami menghadapi tim Spanyol, Real Betis, dan sepasang gol Tore Andre Flo di Spanyol membuat kami menang 2-1. Gol-gol dari Frank Sinclair, Roberto Di Matteo, dan Zola di Stamford Bridge membuat kami menang 5-2 secara agregat, dan melaju ke semi-final menghadapi Vicenza.
Kami kalah 1-0 di leg pertama dari tim Italia tersebut. Di leg kedua di Stamford Bridge, kami juga tertinggal lebih dahulu di babak pertama. Gustavo Poyet memperkecil ketertinggalan sebelum Zola menyamakan kedudukan dengan sundulannya.
Mark Hughes kemudian melakukan finishing khas kaki kirinya untuk menghadirkan kegembiraan di dalam Stamford Bridge di akhir laga, dan membuat kami terbang ke Swedia untuk partai final.
Di final yang tak banyak tercipta peluang, diperlukan sesuatu yang spesial untuk menghadirkan perbedaan.
Untungnya, Vialli memasukkan nama Gianfranco Zola sebagai salah satu pemain pengganti kami, dan ketika ia dimainkan pada menit ke-69, ia hanya butuh 20 detik untuk mencetak gol, dengan menerima umpan Dennis Wise dan melepaskan tendangan ke pojok gawang lawan – dan sentuhan pertamanya itulah yang membuat Chelsea meraih gelar juara di Rasundastadion.
Imbas hadirnya Zola itu semakin impresif dengan fakta bahwa ia mendapatkan cedera sebelum final yang seharusnya membuat ia tidak tampil sama sekali, tetapi keinginannya dan determinasinya yang kuat membuat ia tetap masuk ke bench dan bahkan memberikan kami kemenangan.
Kemenangan agregat 4-0 atas Slovan Bratislava adalah awal perjalanan kami pada September.
Leg pertama babak kedua melawan tim Norwegia, Tromso, akan dikenang karena kondisi salju yang luar biasa, dan meski kalah 3-2, Chelsea asuhan Vialli mampu lolos ke babak berikutnya setelah di leg kedua menang 7-1.
Di babak perempat-final, kami menghadapi tim Spanyol, Real Betis, dan sepasang gol Tore Andre Flo di Spanyol membuat kami menang 2-1. Gol-gol dari Frank Sinclair, Roberto Di Matteo, dan Zola di Stamford Bridge membuat kami menang 5-2 secara agregat, dan melaju ke semi-final menghadapi Vicenza.
Kami kalah 1-0 di leg pertama dari tim Italia tersebut. Di leg kedua di Stamford Bridge, kami juga tertinggal lebih dahulu di babak pertama. Gustavo Poyet memperkecil ketertinggalan sebelum Zola menyamakan kedudukan dengan sundulannya.
Mark Hughes kemudian melakukan finishing khas kaki kirinya untuk menghadirkan kegembiraan di dalam Stamford Bridge di akhir laga, dan membuat kami terbang ke Swedia untuk partai final.
No comments:
Post a Comment